Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2CxeZ3Civ

Sabtu, 24 November 2012

Perilaku Membolos

Membolos Dikalangan Para Pelajar



Peilaku membolos di kalangan pelajar kiranya bukan hal yang baru bagi setiap siswa di sekolah. Tidak hanya terjadi pada siswa putera, siswa puteri pun juga kerap melakukan kegiatan ini. Ada yang melakukannya secara pribadi, tetapi cukup banyak juga yang melakukannya secara berkelompok, seperti yang tampak pada gambar di samping (www.google.co.id). Seolah-olah keadaan ini menjadi sebuah fenomena yang turun-temurun yang menyerupai lingkaran setan, yang tidak diketahui kapan akan berakhirnya.
Fenomena membolos yang dilakukan para siswa di sekolah dapat dipahami sebagai tindakan perilaku salahsuai, di mana siswa menyelesaikan masalahnya melalui jalan pintas yang menurut mereka sebagai solusi terbaik atas masalah yang mereka alami. Bagi pihak sekolah, tentu tindakan ini telah melanggar peraturan atau tata tertib yang berlaku. Lalu apa yang harus dilakukan?

Berdasarkan pengalaman, ada banyak hal yang mendorong beberapa siswa untuk melakukan kegiatan ini (bolos sekolah). Di antaranya ada siswa yang bolos karena tidak mau mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak disukainya, atau karena tidak suka pada salah satu guru, atau membolos karena diajak/mengikuti teman. Alasan mereka dapat saja dipahami dan diterima, namun yang tidak dapat diterima adalah cara mereka atau perilaku mereka yang salah dalam menyelesaikan suatu masalah. Oleh sebab itu, guru kiranya juga tidak semena-mena dalam menangani kasus seperti ini. Yang biasa terjadi adalah siswa dimarahi, dihukum atau bahkan dipukul. Penyelesaian dengan cara seperti ini kadangkala sulit diterima siswa, sehingga menimbulkan rasa benci dan dendam dalam diri siswa terhadap guru yang bersangkutan. Selain itu, cara yang demikian tentunya tidak bisa menyelesaikan masalah, justeru dapat menimbulkan masalah baru antara siswa dengan guru yang bersangkutan.

Perlu dipahami bahwa tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 3, Tentang Sistem Pendidikan adalah “…berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab” (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003 : 8). Dengan memahami tujuan Pendidikan Nasional ini, jelaslah bahwa guru memiliki peran yang sangat besar dan menjadi tugas dan tanggungjawabnya untuk mendidik tiap-tiap siswa, sehinga mereka dapat menjadi sebagaimana yang telah disebutkan dalam tujuan Pendidikan Nasional tersebut. Kiranya tujuan Pendidikan Nasional ini bukan hanya dipandang sebagai kerangka/acuan besar dalam mendidik anak, tetapi memang harus dijiwai oleh setiap guru dalam mendidik anak, sehingga anak didik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.

Memang diakui bahwa belum semua tenaga pendidik bisa dan menjiwai tujuan pendidikan ini sebagai acuannya dalam mendidik tiap-tiap siswa. Namun itu semua dapat diatasi dengan kerjasama yang baik antara tenaga pendidik yang satu dengan tenaga pendidik yang lainnya. Hal ini memungkinkan terjadinya sinergis antar tenaga pendidik dalam menangani siswa bermasalah, sehingga masalah yang dihadapi tiap-tiap siswa dapat diselesaikan dengan baik demi tumbuh kembangnya mereka secara optimal. 

Dalam hal ini, peranan Konselor Sekolah/Guru BK sangatlah besar. Sebagai tenaga profesional, konselor sekolah berperan untuk mengetahui hal-hal yang mendorong siswa melakukan perbuatan atau tindakan bolos ini melalui wawancara konseling yang dilakukannya bersama siswa. Dengan mengetahui motifnya, melalui wawancara konseling tersebut diharapkan konselor dapat membantu siswa mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri yang dapat mengubah sifat/kebiasaan/perilaku salah suainya (membolos) yang selama ini dilakukannya, demi tumbuh-kembangnya anak didik itu secara optimal. Berhasil atau tidaknya ini dengan baik, tentunya juga dipengaruhi oleh kerjasama yang baik yang ditunjukkan oleh siswa yang bersangkutan dan kemauannya yang kuat untuk berubah. Dengan demikian, niscaya tiap-tiap siswa akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bertanggungjawab terhadap diri, masyarakat dan negaranya. Semoga…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar