BAHAYA SEX BEBAS DI KALANGAN REMAJA DAN PENCEGAHANNYA
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20
hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh
pengakuan remaja bahwa:
-
Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
- Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
- Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.
Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke
jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum
baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius..
Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas
semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi
duapuluh persen pada tahun 2000.
Kisaran angka tersebut, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa
kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan
Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000
lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah
mencapai 29,9 persen.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata
berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus
juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya
dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya
pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini
tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan
remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di
Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian
ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai
gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. Selain
tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab
munculnya anak-anak yang tidak di inginkan. Keadaan ini juga bisa
dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila
ibunya sudah tidak menghendaki.
Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut
rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun,
risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali
lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS.
Perilaku seks bebas ini bisa berlanjut hingga menginjak perkawinan.
Tercatat sebagian besar yang dialami orang-orang yang pernah melakukan
hubungan pranikah (pre marital).
Masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legistimasi untuk
melakukan seks bebas. Bahkan, saat ini, seks bebas sudah menjadi bagian
dari budaya bisnis. Faktor yang melatarbelakangi hal ini, antara lain
disebabkan berkurangnya pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga
disebabkan belum adanya pendidikan seks secara formal di
sekolah-sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta VCD
porno.
Banyak remaja terjebak
Berdasarkan survey Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia
(PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan
seks terutama di Yogyakarta terus bertambah, akibat pola hidup seks
bebas.
Banyak faktor pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih
kuat dari pada control yang mereka terima maupun pembinaan secara
keagamaan.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu
sendiri, tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan. Terlebih anak
yang lahir tersebut merupakan anak yang dikehendaki, sehingga ada
kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.
Munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja juga sangat dipengaruhi
era globalisasi informasi dan komunikasi, serta berkaitan erat dengan
pengaruh Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya).
Hasil penelitian Komnas Anak tahun 2008? 62,7% remaja SMP sudah tidak
perawan lagi. Yang paling mengerikan adalah fakta bahwa ada remaja SMP
yang mengaku melakukan hubungan seks di rumahnya sendiri di ruang
televisi.
Berbagai faktor ikut mempengaruhi di anataranya kurang perhatian orang
tua, sekolah yang kurang dapat mengontrol hal ini atau memang karena
tuntutan kemajuan jaman yang memaksa remaja melakukan hal ini.
Remaja memang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Tugas utamanya adalah pembentukan identitas atau konsep diri, dan
membentuknya dengan baik memang tidak mudah. Masalah-masalah remaja
seperti ini, sering timbul karena konsep diri remaja juga yang
bermasalah. Mengijinkan dirinya melakukan hal ini, merusak diri sendiri
karena ia menilai dirinya secara kurang tepat.
Kehamilan remaja akan beresiko menimbulkan kecacatan akibat aborsi yang
gagal dilakukan orang tuannya. Karena biasanya orang tua yang hamil di
luar nikah akan cenderung mencari jalan pintas untuk menutupi aib yang
dideritannya. Padahal , cara ini selain tidak berprikemanusiaan, juga
akan menyebabkan beban ganda pada anak-anak yang gagal di aborsi.
Berbagai upaya yang dilakukan bukannya justru memberikan peluang kepada
anak-anak remaja untuk melakukan seks bebas, tapi semata untuk menolong
nyawa ribuan generasi muda dari perbuatan tidak berkemanusiaan. Aborsi
illegal bukan hanya berbahaya bagi janin, tapi juga nyawa ibu muda itu
sendiri. Karena setiap janin berdasarkan kontroversi Hak Anak
Internasional perlu dijaga kelangsungan hidupnya.
Saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas -terutama di kalangan
remaja- bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsure agama yang
kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua Dan selektivitas
dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka
kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
Dengan berbagai masalah itu di kalangan remaja perlu segera diberikan
suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun
bukan pendidikan seks secara vulgar.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya
memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat
pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan
demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan
seks bebas.
Berbagai Mitos-mitos seksualitas pada remaja
:
1. Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta.
Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukan kasih sayang pada
saat masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual
yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang
kita dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain.
2. Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina.
Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu keliahatan
berdarah. Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan
seksual dilakukan dalam keadaan siap dan disertai foreplay yang cukup
bisa tidak memunculkan adanya perdarahan.
3. Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan.
Faktanya, ketika spermatozoa sudah memasuki vagina, maka spermatozoa
akan mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat
tidak akan mengeluarkan spermatozoa. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk
terjadinya pembuahan atau kehamilan.
4. Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi.
Faktanya tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit
yang tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain
karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena
melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda dan berkuda. Karena
itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks, malah ada
juga perempuan yang sudah menikah dan berhubungan seks berkali-kali tapi
selaput daranya masih utuh dan tidak koyak karena selaput daranya
elastis.
5. Keperawanan dapat ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul.
Faktanya, keperawanan tidak bisa dilihat dari bentuk pinggul atau cara
jalan. Keperawanan kadang dipandang dari 2 sisi, bagi yang memandang
dari sisi fisik saja (ini berkaitan dengan selaput dara), tapi hanya
bisa diketahui melalui hasil pemeriksaan dokter. Jadi hanya dari
pemeriksaan khususlah yang memungkinkan diketahuinya selaput dara robek
atau tidak serta kemungkinan penyebabnya. Hanya saja keperawanan kembali
lagi bukan cuma fisik. Kedua, dari sisi psikososial yang mengacu pada
apakah seseorang perempuan sudah pernah melakukan hubungan seks atau
belum. Ini sebaiknya yang dijadikan acuan, tetapi keperawanan bukan
berarti segalanya di hari begini.
6. Dorongan seksual laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Faktanya, dorongan seksual merupakan hal yang alamiah muncul pada setiap
individu pada umumnya dimulai saat ia menginjak masa pubertas (karena
mulai berfungsinya hormon seksual). Dan ini sangat wajar dan seimbang
baik pada laki-laki maupun perempuan. Faktor yang mempengaruhi dorongan
seksual antara lain kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman
seksual. Dorongan seksual perempuan sering disebut-sebut lebih kecil
dari laki-laki kerena lingkungan menganggap perempuan yang
mengekspresikan dorongan seksualnya adalah perempuan yang “nakal atau
kurang baik” , sementara laki-laki tidak pernah dipermasalahkan.
7. Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar.
Faktanya tidak seperti itu. Secara medis, tidak ada hubungan langsung
antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan
seksual itu ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi, dan
pengalaman seksual (melihat, mendengar, atau merasakan suatu rangsangan
seksual).
8. Masturbasi bisa menyebabkan lutut kopong.
Faktanya, masturbasi tidak menyebabkan lutut menjadi kopong. Spermatozoa
tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut, melainkan di
testis. Mungkin setelah masturbasi, biasanya timbul rasa lelah, karena
masturbasi mengeluarkan banyak energi. Itulah yang membuat menjadi
lemas, jadi bukan karena lututnya jadi kosong.
9. Sering masturbasi bisa membuat mandul.
Faktanya, secara medis masturbasi tidak menggangu kesehatan fisik selama
dilakukan secara aman (tidak sampai menimbulkan luka atau lecet).
Resiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya
bersifat psikologis, seperti perasaan bersalah, berdosa dan kadarnya
berbeda-beda bagi setiap orang. Kemandulan justru biasanya akibat dari
IMS (infeksi menular seksual) atau penyakit lainnya seperti kanker atau
karena sebab fisik lainnya misalnya kualitas sperma yang kurang baik.
10. Minuman bersoda akan dapat mempercepat selesainya menstruasi.
Faktanya, menstruasi adalah proses pendarahan yang disebabkan luruhnya
dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Sakit tidaknya atau
lancar tidaknya menstruasi seseorang selain dipengaruhi oleh hormon
juga dipengaruhi faktor psikis, bukan karena minum minuman bersoda.
11. IMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin.
Faktanya tidak ada sabun atau desinfektan apa pun yang dapat mencegah
IMS. Justru pada perempuan, jika mencuci bagian dalam vagina terlalu
sering akan mempertinggi resiko terkena keputihan karena sabun dapat
mengurangi kadar keasaman permukaan vagina yang sebetulnya berfungsi
untuk membunuh kuman-kuman normal yang ada.
Mitos-mitos tersebut ternyata memang sudah hidup subur di masyarakat.
Pengaruh mitos-mitos tersebut masih sangat kuat, bahkan juga di antara
para remaja yang justru lagi giat-giatnya mencari informasi tentang seks
dan kesehatan reproduksi. Banyak yang mempercayainya sehingga tidak
jarang kita temui kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
bermula dari keyakinan dari mitos-mitos tersebut. Hal itu terjadi
karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bisa
diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah,
keluarga atau masyarakat pada umumnya.
Sekarang tergantung kepada diri remajanya masing-masing, karena mereka
yang akan menjalaninya nanti. Apakah akan menelan mentah-mentah mitos
tersebut ataukah akan mencermatinya lebih lanjut guna memastikan
kebenarannya. Kalau kita masih terpengaruhi dengan mitos-mitos diatas,
yang rugi ya diri kita sendiri. Dan bagi yang sudah mengetahui fakta
yang sebenarnya, silakanlah tetap yakin dengan kebenarannya, jangan
goyah. Bahkan cobalah ikut serta untuk menginformasikan fakta-fakta ini
ke rekan-rekan remaja yang lainnya sehingga semakin banyak remaja yang
mengerti dan makin bertanggung jawab dengan segala perilaku dan
pilihannya. :yap: